I’tikaf adalah beribadah yang secara eksklusif cuman dapat dilaksanakan di mushola. Sebetulnya I’tikaf bukan syariat yang diputuskan di Masa Nabi Muhhamad SAW saja, sebab udah dikukuhkan pula di masa nabi nabi yang sebelumnya. Oleh sebab itu I’tikaf dapat disebutkan sebagai syarai al-qadimah atau syariat sebelumnya.
Nabi Muhammad SAW sering kali mengerjakan I’tikaf, lebih-lebih di bulan Ramdhan. Dalam suatu hadits diterangkan : “Rasulullah melakukan I’tikaf pada sepuluh (malam) paling akhir pada bulan Ramadhan sampai beliau meninggal dunia, lalu diteruskan oleh istri istrinya yang I’tikaf seperginya beliau”. (HR. Bukhari).
Menurut hadits itu bisa disaksikan kalau mengerjakan I’tikaf pada sepuluh hari diakhir dalam bulan Ramadhan begitu direkomendasi atau sunnah mu’akad, ditambah pada di waktu malam hari, sebab pada diantara satu dari sepuluh malam paling akhir dalam bulan Ramadhan itu sangat mungkin berbarengan dengan di turunkannya lailatul qadar, hingga melakukan I’tikaf saat malam malam itu begitu direkomendasi.
Banyak ulama juga telah setuju bila Hukum I’tikaf itu sunnah, sebab Rasulullah SAW terus-menerus melakukan tiap tahun buat lebih dekatkan diri kepada Allah SWT dan meminta pahalaNya. Ditambah lagi di hari hari pada bulan Ramadhan serta lebih khusus waktu telah masuk sepuluh hari paling akhir dalam bulan suci itu.
Lalu sebetulnya beberapa perihal apa yang direkomendasi atau disunnahkan untuk seorang yang mengerjakan I’tikaf? Di bawah berikut ini banyak hal yang direkomendasi atau disunnahkan buat satu orang yang beri’tikaf salah satunya yakni :
1. Melaksanakan Ketaatan Terhadap Allah SWT
Yang pertama menyibukkan diri dengan melakukan ketaatan terhadap Allah SWT seperti berzikir, membaca Al Quran, serta dialog keilmuan. Sebab dengan mengerjakan soal perihal itu bisa membimbing terhadap arti dari implementasi I’tikaf.
2. Berpuasa
Sebetulnya beri’tikaf pada kondisi berpuasa itu paling utama serta kuat buat pecahkan syahwat nafsu keinginan, dapat lebih menitik beratkan ingatan, serta mensucikan hati.
3. Melaksanakan I’tikaf Di Mushola Jami
Yang ke-3 menjalankan I’tikaf di mushola jami ialah mushola yang dirikan shalat Jumat.
4. Tidak Berkata Kecuali Pengucapan Yang Baik
Dan yang paling akhir merupakan tidak bercakap kecuali pengucapan yang bagus. Mereka yang menjalankan I’tikaf tak diperbolehkan buat mencaci-maki, menggunjing, beradu domba, dan berucap kata yang tidak ada fungsinya. (Dr. Mushtofa Said Al-Khin dan Dr Mushtofa Al-Bugha, Al-Fiqh Al-Manhaji ‘Ala Al-Mazhab Al-Imam As-Syafi’i, juz 2, perihal. 108)
Kesunnahan menjalankan I’tikaf pada kondisi puasa dalam rujukan yang telah dijelaskan sebelumnya nyata tujuannya itu merupakan waktu menjalankan I’tikaf pada siang hari. Hingga dapat dimengerti apabila beri’tikaf pada siang hari pada situasi berpuasa dianggap paling utama ketimbang I’tikaf pada malam hari. Akan tetapi hal semacam itu tidak berlaku saat menjalankan I’tikaf di sepuluh malam paling akhir pada bulan Ramadhan, sebab saat malam malam itu miliki kekhususan berwujud turunnya lailatul qadar. Maka dari itu beri’tikaf di sepuluh malam paling akhir ini miliki kelebihan khusus.
Oleh sebab itu untuk mereka yang akan mengerjakan I’tikaf harus perhatikan kesunnahan kesunnahan saat beri’tikaf sama hal yang telah diterangkan di atas, dan menjalankannya dengan penuh khusyuk dan kekhusyuan. Sebab I’tikaf yang paling penting itu ialah I’tikaf yang banyak berisi amal beribadah, berdasar peraturan “ma kana aktsara fi’lan kana aktsara fadlan” berarti suatu yang bisa lebih banyak wujud tindakannya karena itu makin banyak pun keistimewaannya. Wallahu a’lam.
Ide Peluang Bisnis Dengan Modal Kecil
Cara Memulai Bisnis