Buat Sutopo( 2006: 9), tata tata cara pengumpulan informasi dalam riset kualitatif secara universal dikelompokkan ke dalam 2 tipe tata metode, ialah tata metode yang bertabiat interaktif serta non- interaktif. Tata tata cara interaktif meliputi interview serta observasi berperanserta, sebaliknya tata tata cara noninteraktif meliputi observasi takberperanserta, tehnik kuesioner,
mencatat dokumen, serta partisipasi tidak berfungsi.
Sebaliknya Sugiyono( 2008: 63) terdapat 4 berbagai tehnik pengumpulan informasi, ialah wawancara, observasi, kuesioner, dokumentasi serta gabungan/ triangulasi.
1. Tata metode Wawancara
Wawancara ialah perlengkapan rechecking ataupun pembuktian terhadap data ataupun penjelasan yang diperoleh lebih dahulu. Tata metode wawancara yang digunakan dalam riset kualitatif yakni wawancara mendalam. Wawancara mendalam( in- depth interview) yakni proses mendapatkan penjelasan buat tujuan riset dengan tata metode tanya jawab sembari bertatap muka antara pewawancara dengan informan ataupun orang yang diwawancarai, dengan ataupun tanpa menggunakan pedoman( guide) wawancara, di mana pewawancara serta informan ikut serta dalam kehidupan social yang relatif lama( Sutopo 2006: 72).
Interview yakni usaha mengumpulkan data dengan mengajukan sebagian masalah secara lisan untuk- dijawab secara lisan pula. Karakteristik utama dari interview yakni kontak langsung dengan tatap muka
( face to face relation ship) antara sang pencari data( interviewer ataupun informan hunter) dengan sumber data( interviewee)( Sutopo 2006: 74).
Tipe interview meliputi interview leluasa, interview terpimpin, serta interview leluasa terpimpin( Sugiyono, 2008: 233). Interview leluasa, ialah pewawancara leluasa menanyakan apa saja, namun pula mengingat hendak informasi apa yang dikumpulan. Interview terpimpin, ialah interview yang dicoba oleh pewawancara dengan bawa sederetan masalah lengkap serta terperinci. Interview leluasa terpimpin, ialah campuran antara interview leluasa serta interview terpimpin.
Sebagian Menimpa yang butuh dicermati seseorang pengamat dikala mewawancarai responden yakni intonasi suara, kecepatan berdialog, sensitifitas masalah, kontak mata, serta kepekaan nonverbal. Dalam mencari data, pengamat melaksanakan 2 tipe wawancara, ialah autoanamnesa( wawancara yang dicoba dengan subjek ataupun responden) serta aloanamnesa( wawancara dengan keluarga responden)( Sugiyono, 2008: 227). Sebagian panduan dikala melaksanakan wawancara yakni mulai dengan masalah gampang, mulai dengan data kenyataan, jauhi masalah multiple, jangan menanyakan masalah orang disaat dikala saat sebelum building raport, ulang kembali jawaban buat klarifikasi, bagikan kesan positif, serta kontrol emosi negatif.
2. Tata metode Observasi
Pengamatan dalam sebutan simpel yakni proses pengamat dalam memandang suasana riset. Tata metode ini sangat relevan digunakan dalam riset kelas yang meliputi pengamatan keadaan interaksi pendidikan, tingkah laku anak serta interaksi anak serta kelompoknya. Pengamatan bisa dicoba secara leluasa serta terstruktur. Perlengkapan yang dapat digunakan dalam pengamatan yakni lembar pengamatan, ceklist, catatan peristiwa serta lain- lain.
Sebagian data yang diperoleh dari hasil observasi yakni ruang( tempat), pelakon, aktivitas, objek, perbuatan, peristiwa ataupun peristiwa, waktu, perasan. Alibi pengamat melaksanakan observasi yakni buat menyajikan cerminan realistik sikap ataupun peristiwa, buat menanggapi masalah, buat menolong paham sikap manusia, serta buat penilaian ialah melaksanakan pengukuran terhadap aspek tertentu melaksanakan umpan balik terhadap pengukuran tersebut. Jasa sebar kuesioner
a.
Observasi partisipatif
Tata tata cara pengumpulan informasi yang digunakan buat menghimpun informasi riset lewat pengamatan serta pengindraan dimana observer ataupun pengamat betul- betul ikut serta dalam keseharian responden. Jasa sebar kuesioner
b.
Observasi terus cerah ataupun tersamar
Dalam Menimpa ini, pengamat dalam melaksanakan pengumpulan informasi berikan ketahui terus cerah kepada sumber informasi, bila dia hendak melaksanakan riset, sehingga mereka yang diteliti mengenali semenjak dini hingga akhir tentang kegiatan sang pengamat. Namun dalam sesuatu dikala pengamat pula tidak terus cerah ataupun tersamar dalam observasi, Menimpa ini buat menjauhi apabila sesuatu informasi yang dicari ialah informasi yang masih disembunyikan. Dapat jadi apabila sang pengamat berikan ketahui terus cerah hingga pengamat tidak hendak diijinkan buat melaksanakan penenlitian.
c.
Observasi tidak berstruktur
Observasi yang dicoba tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini pengamat ataupun pengamat wajib sanggup tingkatkan tenaga pengamatannya dalam mengamati sesuatu objek.
Khasiat dari observasi ini aantara lain pengamat hendak lebih sanggup menguasai konteks informasi dalam totalitas suasana sosial, jadi hendak bisa diperoleh pemikiran yang holistik ataupun merata, dengan observasi hendak diperoleh pengalaman langsung, sehingga membolehkan pengamat menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep ataupun pemikiran lebih dahulu. Pendekatan induktif ini membuka dapat jadi temuan atau
discovery.
Focus Group Discussion
Focus Group Discussion( FGD) yakni tata metode pengumpulan informasi yang biasanya dicoba pada riset kualitatif dengan tujuan menciptakan arti suatu tema buat uraian suatu kelompok. Tata metode ini digunakan buat menguak permaknaan dari sesuatu kelompok bersumber pada hasil dialog yang terpusat pada sesuatu kasus tertentu. FGD pula dimaksudkan buat menjauhi permaknaan yang salah dari seseorang pengamat terhadap focus permasalahan yang lagi diteliti( Sutopo, 2006: 73).
FGD yakni kelompok dialog bukan wawancara ataupun percakapan. Karakteristik khas tata tata cara FGD yang tidak dipunyai oleh tata tata cara studi kualitatif yang lain( wawancara mendalam
ataupun observasi) yakni interaksi. Tanpa suatu FGD berganti bentuk jadi kelompok wawancara terfokus( FGI- Focus Group Interview). Menimpa ini terjalin apabila moderator cenderung senantiasa menkonfirmasi masing- masing topik satu per satu kepada segala partisipan FGD. Seluruh partisipan FGD secara bergilir dimohon responnya buat masing- masing topik, sehingga tidak terjalin dinamika kelompok.
Komunikasi cuma berlangsung antara moderator dengan informan A, informan A ke moderator, sehabis itu moderator ke informan B, informan B ke moderator, dst. Keadaan idealnya, informan A merespon topik yang dilemparkan moderator, disambar oleh informan B, disanggah oleh informan C, diklarifikasi oleh informan A, didukung oleh informan D, disanggah oleh informan E, serta kesimpulannya ditengahi oleh moderator kembali. Dialog semacam itu sangat interaktif, hidup, dinamis.
3. Tata metode Kuesioner
Angket ataupun kuesioner ialah sesuatu tata metode pengumpulan informasi secara tidak langsung( pengamat tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen ataupun perlengkapan pengumpulan informasinya pula diucap angket berisi sebagian pertanyaan- perkara yang wajib dijawab ataupun direspon oleh responden( Sutopo, 2006: 82). Responden memiliki kebebasan buat membagikan jawaban ataupun reaksi cocok dengan persepsinya.
Kuesioner( angket) ialah tata metode pengumpulan informasi yang dicoba dengan tata metode membagikan seperangkat masalah ataupun statment tertulis kepada responden buat dijawabnya, dimana pengamat tidak langsung bertanya jawab dengan responden( Sutopo, 2006: 87). Sebab angket dijawab ataupun diisi oleh responden serta pengamat tidak senantiasa berjumpa langsung dengan responden, hingga dalam menyusun angket butuh dicermati sebagian Menimpa. Dini, disaat dikala saat sebelum butir- butir masalah ataupun peryataan terdapat pengantar ataupun petunjuk pengisian. Kedua, butir- butir masalah diformulasikan secara jelas menggunakan kata- kata yang umum digunakan( popular), kalimat tidak sangat panjang. Serta ketiga, buat masing- masing masalah ataupun statment terbuka serta berstruktur disesuaikan kolom buat menuliskan jawaban ataupun reaksi dari responden seperlunya.